[Vignette] Cracked

 

c36d024dfb65c38baeb095a7e76f7b2b--im-nayeon-twice-nayeon

ShanShoo’s present

Nayeon with Jihyo

hurt, angst // vignette // pg-17!

Disclaimer : I just own the plot!

Peringatan : fanfiksi ini dikhususkan untuk pembaca di atas 17 tahun karena mengandung adegan kekerasan dan bahasa kasar/ umpatan. Harap bijak dalam memilih bacaan ( untuk di bawah umur).

—oOo—

WordPress : ShanShoo || Wattpad : @Ikhsaniaty

Langit kota Seoul sudah diselimuti awan gelap dan hujan yang cukup deras. Im Nayeon pulang ke rumah sewa yang ia huni bersama salah satu karibnya dengan keadaan tubuh basah kuyup. Mungkin normalnya, orang yang basah kuyup pasti merasakan dingin hingga tubuhnya menggigil dan bibirnya memucat, tetapi Nayeon tidak merasakan hal-hal demikian. Gadis itu malah memasuki rumahnya dengan ekspresi datar yang kentara, sepatu kets yang dibuka dan ditendang ke sembarang arah, lalu berjalan menuju ruang tengah seraya membawa tetesan air hujan bersumber dari mantel hangat yang tidak lagi memiliki bagian kering di mana pun.

Jihyo yang kala itu baru saja selesai menerima panggilan telepon, lekas menghampiri Nayeon dan membelalakkan matanya dalam sekejap. Ia ingin mengurai kata, namun bibirnya sulit bergerak.

“Kau…” Rasanya, suaranya seperti tercekik dan terdengar bagai cicitan tikus. Segera Jihyo mendekat ke arah Nayeon yang berdiri mematung di dekat sofa, kemudian menyimpan ponsel di atas meja kaca dan membuka mantel basah di tubuh kurus Nayeon. “Apa yang terjadi?! Kenapa kau hujan-hujanan, huh?” omel Jihyo setelah ia mendapatkan lagi suaranya. Raut cemasnya sangatlah jelas, kerut di keningnya bahkan tercetak beberapa lekuk.

Im Nayeon tak merespons. Hanya menatap Jihyo dalam diam dan membiarkan si gadis Park melucuti mantelnya. Lalu, ia kembali mendengar Jihyo bertanya, “Apa kau sedang kesal karena judul penelitianmu tidak disetujui dosen Kim?” Nayeon masih saja diam. Lama-lama, Jihyo kesal dan melempar gerutuan, “Kau ini kenapa, Im Nayeon? Jangan membisu seperti ini dan membuatku ingin melemparmu ke jendela!”

Usai berkata begitu, barulah Nayeon menanggapi. Awalnya hanya sebuah embusan napas panjang disertai bibirnya yang melengkung serupa memberi ejekan, sampai kemudian ia berkata, “Untuk urusan judul penelitianku… ya, dosen Kim menolaknya, tapi bukan itu masalahnya.”

Jihyo menatap Nayeon tak sabar. “Lalu?” Seakan diingatkan sesuatu, Jihyo mengejar ucapannya sendiri sambil melebarkan mata. “Jangan bilang kalau Seungcheol tak bisa mengantarmu pulang hari ini? Dasar laki-laki sialan! Berani-beraninya dia…”

Ucapan Jihyo terpotong, pada detik ponselnya yang disimpan di atas nakas berdering singkat karena adanya pesan masuk. Dengan lirikan cepat, Nayeon mendapati nama ‘Choi♥’ yang mengirimi pesan itu. Dan Nayeon patut membanggakan diri sendiri karena ia berhasil meraih ponsel Jihyo lebih cepat dari sang empunya.

Bisa Nayeon lihat adanya raut panik di wajah Jihyo. Nayeon tentu bisa menilai raut panik itu tidak ditunjukkan karena dirinya, melainkan untuk ponsel itu dan juga si pengirimnya.

“Itu saudaraku!” teriak Jihyo, meski sebenarnya ia tidak perlu berteriak karena suasana rumah sewa mereka sangatlah sepi―hingga suara mesin penghangat ruangan bisa terdengar jelas oleh keduanya.

Nayeon bergeming, seakan ucapan Jihyo tidak memengaruhinya agar ia segera memberikan ponsel itu ke tangan yang seharusnya. Yang ada, Nayeon malah membuka pesan itu tanpa Jihyo duga, lantas membaca isinya dengan kecepatan membacanya yang luar biasa.

Jihyo-ya, beri tahu aku kalau Nayeon sudah pulang. Dan kalau dia menanyakan tentang ciuman itu, kau jangan menjawabnya, cukup diam saja. Biar aku saja yang menjelaskannya.

Ha! Ketahuan.

Tawa hambar serupa rintihan rasa sakit bersumber dari dadanya, memecahkan kesunyian mencekam yang Jihyo rasakan. Nayeon terus tertawa seraya mendongakkan kepala ke arah langit-langit ruangan, barulah setelahnya, Nayeon meluruskan pandangan pada mata Jihyo dan berkata, “Itu memang kau,” dengan nada tak terbantahkan.

Jihyo gelagapan. Ia baru sadar, kalau manik sekelam malam milik Nayeon tak lagi diungkapkan seperti ibarat, melainkan kenyataan. Bagai ada kabut hitam yang menyelubungi matanya begitu saja sampai-sampai Jihyo tak kuasa menatapnya lebih lama lagi. “Na-Nayeon-a…” Jihyo menelan ludahnya terburu-buru. “A-aku…”

“Dasar keparat! Kau jalang! Berani-beraninya kau berciuman dengan pacarku!”

Nayeon kalap. Kesabarannya sudah di ambang batas. Nayeon tidak perlu berpikir dua kali untuk melayangkan pukulan ke kepala Jihyo menggunakan ponsel pintar si gadis Park itu. “Kau benar-benar jalang, Jihyo! Tidak seharusnya aku mempertemukanmu dengan Seungcheol kalau pada akhirnya kau malah merebutnya dariku!” Satu hantaman lagi, maka hilangkan sisa tenaga yang dimiliki Jihyo untuk pergi menyelamatkan diri dari amukan teman dekatnya itu.

Jihyo bisa merasakan aliran darah di pelipis yang bersumber dari robekan di kulit kepalanya. Sebelah tangannya yang bergetar hebat terangkat untuk menyentuh denyutan hebat di tempat pukulan itu dan menjerit kesakitan. “Im Nayeon! Kau memukulku!” pekiknya tak terima. “Sakit!”

“Masa bodoh!” Nayeon membungkukkan badannya secara paksa hanya untuk balas memekik. “Masa bodoh! Aku tidak peduli! Sekalian mati saja kau, Sialan!” Jihyo menangis sesenggukan, sementara Nayeon tampak tak memiliki keinginan untuk menguras air mata seperti seharusnya.

Ponsel yang mati di tangannya, dilemparkan ke depan perut Jihyo. Dengan keadaan tubuhnya yang masih basah, Nayeon berbalik, hendak meninggalkan rumah sewanya dan melangkah terhuyung. Nayeon tidak menduga kalau air matanya akan jatuh pada detik ia hampir mencapai pintu rumah, bersamaan dengan pekikan Jihyo lagi, “Kau tidak seharusnya memukulku…”

“DIAM KAU!” Nayeon menjerit sekuat tenaga seraya berbalik pada Jihyo dan menatapnya tajam. Urat di sekitar pelipis dan lehernya pun menonjol, membuat Nayeon terlihat menyeramkan.

Jihyo masih berada di sana, duduk bersandar pada dinding, menekan luka di kepalanya agar tidak terus mengalirkan darah. Pandangannya memburam semenjak ia terus menangis dalam diam dan menatap Nayeon penuh rasa takut.

Tak lama, ponsel di saku jins Nayeon menderingkan panggilan masuk. Nayeon mengambilnya dan mendapati nama Choi Seungcheol tampil di layarnya. Nayeon berdeham guna membersihkan tenggorokannya, lalu, “Halo, Sayang? Kau sudah sampai rumah?”

“Ah… ya, Sayang. Aku… aku baru saja sampai. Keadaan di jalan tadi sungguh macet. Apa kau juga sudah sampai rumah? Kau tidak kehujanan, kan?” Seungcheol bertanya penuh kekhawatiran. Dan Nayeon yakin, nada itu hanyalah tipuan belaka.

Pertanyaan itu belum berbalas. Nayeon sibuk memandangi sosok karibnya sembari tersenyum miring. Tawa hambar lolos dari bibirnya. “Aku kehujanan, Sayang,” sahutnya pada Seungcheol. “Ah, ya, aku punya kejutan manis untukmu.”

“Oh, ya?” Suara Seungcheol terdengar senang, tetapi Nayeon menangkap kesenangan itu hanyalah sebuah paksaan. “Apa itu?”

“Datanglah kemari, maka kau akan mendapatkan kejutan dariku.” Pip.

Nayeon mengakhiri sambungan secara sepihak. Bibirnya masih tersenyum miring, menambah kadar ketakutan dalam diri Jihyo.

Setelah menarik napas dalam, Nayeon berkata, “Yah… aku sudah tidak mencintai dia lagi. Ambil saja kalau kau memang sangat menginginkannya.” Nayeon menunjukkan suara yang terkesan ringan namun sadis. “Dia sedang dalam perjalanan kemari. Jika dia menanyakan tentang kondisimu, bilang saja, aku yang memukulmu.”

Nayeon membuka pintu secara paksa, lalu keluar dan menutupnya lagi dengan gerakan tak kalah kasar. Mungkin sekarang, Nayeon memerlukan udara segar, sebelum akhirnya ia perlu memikirkan tentang di mana ia akan tinggal. Karena tentu saja, ia sudah tidak ingin tinggal seatap lagi bersama dengan si penusuk dari belakang seperti Park Jihyo. Bisa-bisa, ia akan membunuh Jihyo jika dia memang punya kesempatan, atau jika iblis sudah merasuki tubuhnya, sepenuhnya.

—oOo—

Pada akhirnya, aku kembali menulis di blog ini dengan tulisan yang menurutku sangatlah… apa, ya? wkwkwk

Entahlah…

Maaf ya, kalau kalian merasa kurang menyukai fanfiksiku ini karena temanya, atau karena konten kekerasan yang kuselipkan di dalamnya. Aku sudah cukup lama nggak menulis ff ficlet atau vignette kayak begini. Huhuhuhu T.T

Kritik dan sarannya kuterima, sungguh x)))

Sampai ketemu di fanfiksiku yang lain dan… selamat tahun baru! \(^^)/

Salam sayang,

ShanShoo♥

12 respons untuk ‘[Vignette] Cracked

  1. AKU SUKA BANGET HUHUHU aku kalo nyoba nulis yg genre begini pasti susah :’)
    aku kirain Nayeon bakal ngebunuh Jihyo atau ngebunuh Seungcheol juga. aku udah antisipasi banget ternyata ga sepsycho itu wkwkwk
    don’t be sorry, i love dark stuff too. please write more 8′) hohoho

    Disukai oleh 1 orang

    1. HUHU TERIMAKASIH BANYAK YHAAA :””
      Nayeon terlalu manis buat ngebunuh seseorang, apalagi temennya 😂😂😂😂
      Yaay! Semoga aku bisa nulis genre semacam ini lagi (abisnya aku jarang nulis kayak gini) 😂
      Kamu juga yaa! Semangat nulis! 💪💪💪

      Suka

  2. Well…aku kira Nayeon bakal berbuat sesuatu terhadap keduanya /jiwa psycho keluar/ 😂
    Nayeon, jangan terlalu baik. Jika kau kesusahan mengatasi mereka, biarkan aku yang membantumu wkwkwkwk /tawa jahat/ /plak/

    Disukai oleh 1 orang

    1. hohohoho aku nggak tega bikin Nayeon jadi saiko x(((

      udah dikhianatin tapi Nayeon masih punya kesabaran juga yaaa… salut :”D semoga dia bisa dapetin pasangan dan teman yang lebih baik lagi x)))

      terima kasiiih sudah baca dan komen ❤

      Disukai oleh 1 orang

    1. aku nggak terlalu tega ngebikin nayeon bener-bener jadi seorang saiko xD geplak palanya jihyo pake hp ampe berdarah aja udah cukup buat dia wkwkwkw

      terimakasih yaa sudah baca dan berkomentar x)))

      Disukai oleh 1 orang

  3. Nayeon, go girl! Bantai aja cewek pelakor macem Jihyo! /emosi/ Gregett sama mereka yg selingkuh. Apalagi moodku belakangan ini pengennya baca yg ada pelakornya gitu. Seneng deh nemu ini fic 😍 SEMOGA JIHYO ENTAR KENA TIKUNG JUGA BUAHAHAHAHA.

    Disukai oleh 2 orang

    1. Tetiba nayeon balik lagi ke rumah terus ngebantai seungcheol sama jihyo sekaligus xD
      Wahahahah aku juga seneng baca cerita ginian xD yang pacarnya ketauan selingkuh tp si doi juga nggak tinggal diam atau cuma mewek 😂😂😂😂😂😂😂
      Makasih udah mampiir 💞

      Suka

Leave the Love-Signal: